Selasa, 01 Maret 2016

Ternyata Sama Saja Ya?







Whoaaa... Ternyata sudah lama juga nggak nyampah di blog yang satu ini! Hayuuuk... Nyampah yiiiuuuk!!!

Jadi gini...

Duluuu... pada jaman purba, saya berharap punya anak cewek. Maksudnya, biar bisa saya dandanin habis-habisan. Ndilalah yang keluar ceprot ke dunia ini kok cowok. Ya sutralah, namanya anugerah diterima saja dengan senang hati. Apalagi biarpun cowok tapi kan si bayi jagoan kecil ini imut juga (saya masih typical emak-emak normal yang selalu menganggap anaknya paling ganteng/cantik sedunia). Masih bisalah didandanin dikit-dikit. Biar penampilannya bersih, rapi, wangi sedap, enak dilihat, enak digendong, enak diciumin. Paling enggak, matching-lah warna topi-baju-kaos kaki-sepatunya, biarpun bajunya juga cuma atasan plus celana saja yang nggak berenda-renda.

Nah, sekarang bayi saya yang ternyata cuma seorang ini sudah bertranformasi jadi ABG. Pipinya sudah tirus, nggak gembul lagi. Tinggi badannya juga sudah mulai membalap emaknya ini. Bahkan ukuran celana seragamnya sudah naik 3 nomor dari sejak masuk SMP Juli 2015 lalu (dari nomor 29 ke nomor 32. Pantesan bagian pantat dan selangkangan celananya jebol melulu. Saya sampe capek jahitnya!). Rambutnya sudah nggak mau lagi dimodel mandarin. Maunya cepak. Itupun panjang nggak panjang sudah sejak dua tahun ini selalu minta jatah ke tukang cukur sebulan sekali. Baju, dia nggak seberapa brai. Asal masih punya celana jeans, kemeja (atau polo shirt), jaket hoodie yang muat, dia nggak bakalan ribut. Yang butuh banyak itu celana kolor buat sehari-hari dan kaos oblong. Gadget, dia puas-puas saja dikasih lungsuran punya bapaknya. Nggak pernah dibawa ke sekolah. Sengaja pulsanya cuma saya isi sekadarnya asal nomornya nggak mati saja. Soal sambungan wi-fi harus nyambung ke tab saya. Otomatis bisa terkontrol.

Beralih ke penampakan lain. Yang jelas, baunya sudah bukan bau sedap bayi lagi. Kalau banyak pecicilan, bau keringatnya sudah mulai aduhai. Makanya sejak masuk SMP, saya minta dia nebeng pakai deodoran bapaknya. Itu pun pakainya kadang ingat kadang enggak. Yang nggak pernah lupa adalah spray cologne. Punya bapaknya juga.

Belakangan dia maunya sudah ‘punya sendiri’, alias nggak mau nebeng lagi. Ya sudah, saya belikan deodoran dan spray cologne sendiri. Dua minggu ini, hidungnya sudah mulai jerawatan dan kelihatan ada komedonya. Saya suruh pakai facial scrub saya, dia nggak mau. Malah minta produk yang ada kata for men-nya. Okelah, saya turuti. Mosok emaknya nyaris flawless (uhuk!), anaknya klumus nggak terawat? Sekalian saja urusan belanja produk kebutuhan pribadinya ini saya jadikan ajang belajar belanja secara cerdas buat dia.

Tentunya banyak merk beredar di pasaran. Dari yang produk internasional, sampai produk yang namanya nyaris tak terdengar. Begitu juga harganya. Dari yang mencekik leher dan memiskinkan kantong, sampai yang murah meriah. Merk, buat saya cukup penting. Bukan karena gengsinya, tapi lebih ke arah jaminan mutunya. Jadi, saya arahkan dia untuk pilih produk dengan merk yang cukup terkenal, sesuai dengan kebutuhan dan seleranya, dengan harga terjangkau. Murah belum tentu kualitasnya jelek. Karena ada merk-merk terkenal juga yang mengeluarkan produk dengan harga terjangkau.

Oke! Deodoran, spray cologne, men face scrub sudah masuk ke keranjang belanjaan di minimarket terdekat. Sudah? Ternyata belum. Bisik-bisik, “Kayaknya asyik juga kalo pake pomade.” Emaknya ini bengong sebentar, terus lihat rambutnya yang baru dua hari dipotong model jarum sejuta alias pendek dan rasanya tajam kalau dielus karena rambutnya berdiri semua.

“Yakin mau pake pomade kayak bapak-bapak?” kata saya.

Gantian dia yang bengong menatap saya. “Yang klimis gitu?”

Saya mengangguk.

“Waduh!” katanya. “Ya udah, gel aja.”

“Jangan! Kan kamu pernah coba pake. Hasilnya kuncungmu jadi merah-merah gitu warnanya.”

“Oh, iya ya...”

Akhirnya dia mau coba pakai hair wax. Ada yang harganya di bawah 10 ribu, ada yang belasan ribu, ada yang hampir 30 ribu. Saya ancam, “Pilih yang mahal banget? Potong uang saku!” Dia nyengir dan akhirnya memilih yang harga belasan ribu. Merknya lumayan, baunya juga nggak kayak minyak nyongnyong. Bolehlah...

Terakhir sebelum antri di kasir, ternyata belanjanya masih kurang. “Pocky-nya belum, Bu,” bisiknya.

“Emang masih ada stikernya?”

Dia geleng. Selama ini setahu saya, dia sering beli Pocky karena ada stiker JKT48-nya. Ternyata dia juga suka rasanya. Ya sudahlah...

Hmmm... Setelah saya lihat lagi nota belanja, ternyata nggak jauh beda juga punya ABG cewek atau cowok ya? Kebutuhan dasarnya (jaman sekarang) nyaris sama (saya kan pernah jadi ABG cewek juga...). Mungkin hanya beda di pilihan merk (dan harga) saja. Atau saya saja yang masih terlalu obsesif mendadani dia?

Yang jelas (harapan saya) orientasi seksualnya harus normal. Buat saya itu (masih) harga mati. By the way, dia suka JKT48 karena personilnya (yang cewek semua itu) bening-bening. Cantik-cantik. Jadi... sepertinya saya masih boleh bernapas lega walaupun belanja bulanan harus mulai nambah lagi daftarnya. Lagian dia nggak jadi menye-menye ini juga kok anaknya, hehehe...

* * * * *

Sumber gambar : www.binzai.wordpress.com

7 komentar:

  1. Biarpun aja Mbak kalau si ganteng mau dandan dan merawat diri selama masih di ambang batas kewajaran. Anggap saja sebagai bentuk rasa syukur karena sudah diberi tubuh dan kulit sehat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak...iku onok komenku salah tulis maksude 'selama masih dalam batas kewajaran' duuh... Nyuwun ngapunten

      Hapus
  2. Weh..... Mesthi tambah bagus kuwi cah baguse dik! :-D
    Iya memang sama sj kok. Sekarang ketiban ngurus ABG sepasang jg merasa nda jauh beda kebutuhan pribadinya biarpun cewe memang msh tetap lebih riweuh :-D

    BalasHapus
  3. koyok anakku...

    nggak ribet soal baju.
    nggak ribet juga soal perawatan tubuh.
    asal ada shampoo, sabun, dan deodoran, jadilah.

    tapi tetep aja kalo ngajak juno ke minimarket, jatuhnya tekor juga.
    lha soalnya segala macem makanan masuk keranjang.
    biskuit. roti. minuman. coklat. es krim. mie instan. kopi. teh.

    lha iya...
    makannya kayak gitu kok gak bisa gendut lho...

    #hadeh
    #emaknyairi

    BalasHapus
  4. Wkwkwk masih untung mbak....lah si cici dah abg urusan belanjanya gak nahan. Maksudnya nemenin dia belanjanya gitu gehehe. Jadi ada bahan tuk nulis nih hehehe

    BalasHapus
  5. Hahaha, menyimak. Sulung saya yang 'baru' 11 tahun aja udah ribet, milih shampoo atau cologne nggak mau yang ada embel-embel 'kids', mesti 'teen' katanya.

    BalasHapus
  6. hehhehehhe..anak wedokku juga gitu mba, etapi bobonya masih suka nginep dikamar kami. Piye ki mba

    BalasHapus