Rabu, 15 April 2015

Ngobrol Sedikit Tentang Side Story








Side story bisa diartikan sebagai karya fiksi sampingan, atau karya fiksi baru yang dibuat berdasarkan karya fiksi yang sudah pernah ada. Misalnya sebuah fiksi berjudul XXX dengan tokoh utama A, memiliki tokoh figuran bernama B, C, D. Ternyata dalam perkembangannya, tokoh figuran yang bernama B atau C atau D memiliki berbagai sisi menarik yang bisa dijadikan fiksi baru yang terpisah dari induknya (XXX), dengan B atau C atau D menjadi tokoh utamanya.

Dalam perjalanannya, ide untuk membuat side story bisa berasal dari fiksi yang pernah dibuat orang lain ataupun fiksi yang pernah dibuat sendiri. Bila idenya berasal dari fiksi karya orang lain, alangkah baiknya kalau minta ijin dulu pada penulisnya sebelum menggarapnya. Mungkin tidak ada peraturan tertulis untuk itu, hanya masalah etika saja.

Sebuah side story, walaupun terlepas dari fiksi induknya, lebih bagus kalau dikerjakan berdasar semua detil dari fiksi induknya. Bila fiksi induk adalah hasil karya sendiri, semua detil yang ada dalam fiksi induk seperti perwatakan para tokoh, latar belakang dan TKP, waktu, penggambaran fisik, tentunya bukan sesuatu yang sulit untuk dikembangkan. Ibaratnya, semua kunci ruangan sudah kita pegang dan kuasai. Tinggal pilih saja akan masuk ke ruangan yang mana.

Yang harus lebih hati-hati untuk dilakukan adalah ketika kita ingin membuat side story berdasarkan hasil karya fiksi orang lain. Kita memang bisa saja mengembangkan detil tokoh dan cerita berdasarkan imajinasi kita sendiri. Tapi jangan sampai terjadi repetisi yang bisa dibilang ‘bentrok’ dengan (kisah/latar belakang tentang) tokoh (figuran) lainnya (yang mungkin bisa jadi side story baru). Kalaupun terpaksa terjadi repetisi, itu tinggal gimana kreativitas penulisnya buat nge-drift jalan ceritanya aja...

Membuat side story itu nggak gampang juga buat saya yang 'inti'-nya masih kelas pentium, belum quad core. Side story yang pernah coba saya buat dulu adalah mengolah lagi tokoh figuran dalam cerbung/novelet Lift menjadi cerita baru berjudul Rinai Renjana Ungu dengan model kilas balik. Pada perjalanannya, RRU ini ternyata jauh lebih panjang dari cerita induknya (akan saya tayangkan ulang sebagai cerbung setelah Memburu Mr. Right tamat). Dan belakangan ini entah kenapa saya gatal untuk membuat side story lagi berdasarkan fiksi yang sama (Lift). Tapi masih ‘belum kepegang’ dan masih berupa draft mentah. Inginnya sih berbentuk cerpen saja, tapi ya nggak tahu lagi kalau bablas jadi fiksi yang rada panjang.

Side story lain yang pernah saya buat adalah berdasarkan cerpen Simbiosis Mutualisme. Judulnya Meranggas, dan jadi satu lagi side story dari sisi janin sebagai ‘aku’ (tokoh utamanya). Ketiganya kemudian saya satukan penayangannya dalam Fiksi Lizz di bawah judul A Family's Stories.

Yang lainnya lagi, fiksi berjudul Pahlawan Di Lorong Waktu adalah side story dari fiksi berjudul Namaku Sam yang sudah saya tulis sebelumnya. Dan belakangan ini, TELEPORTER bisa menjadi serial yang masih akan terus berlanjut penulisannya karena ada berbagai side story yang berkembang du dalamnya. Tokoh-tokohnya tetap berhubungan satu sama lain, tapi kisah yang dialaminya berbeda-beda dan lepas satu sama lain.

Yang paling baru, nanti akan muncul side story dari cerbung Memburu Mr. Right. Saat ini penulisannya sudah selesai dan tinggal menunggu jadwal tayangnya saja. Ide untuk membuat side story dari fiksi yang satu ini muncul saat saya menggarap episode-episode terakhirnya beberapa minggu yang lalu. Saat itu masih berupa draft mentah. Tapi begitu penulisan Memburu Mr. Right selesai, saya segera melanjutkannya dengan menulis side story-nya.

Sepertinya akan muncul lebih dari satu side story dari Memburu Mr. Right. Side story lainnya akan ditulis oleh Mas Ryan Mintaraga. Bahkan Mas Ryan sudah memiliki dua ide untuk itu. Side story yang sudah selesai saya tulis sudah sampai ke desk Mas Ryan. Mungkin (dan semoga) berguna untuk pengembangan side story yang hendak Mas Ryan tulis.

Oh ya, ada lagi satu side story yang masih mangkrak di desk saya. Side story dari Pecel Lele Mbokdhe Sarini. Side story-nya saya tulis secara kolaborasi dengan Mas Ryan juga. Sayangnya, ending-nya yang harus saya garap belum menemukan jalan yang pas. Kalau dipaksa pasti hasilnya nggak maksimal. Tapi niat untuk menyelesaikannya tetap menggebu, berhubung sudah terlanjur mengeluarkan waktu, tenaga, dan pikiran bukan dari saya sendiri ketika menuliskannya. Semoga bisa selesai tanggungan itu secepatnya ya...

Salam...


* * *


20 komentar:

  1. waah..terima kasih dapat tambahan ilmu dari Mbak Lis...ditunggu side story-nya ya....salam fiksi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cuma bagi-bagi pengalaman aja kok, Mbak... Makasih singgahnya ya...

      Hapus
  2. Sangat Bermanfaat mbak.. :D
    Salam Rumpies.. !

    BalasHapus
  3. Waahh.. saya baru tau ada istilah side story... mantaapp mbak... kalo dikumpulin artinya semua bisa jadi tokoh utama yaa... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Teh Mega, bisa jadi tokoh utama pada alur cerita yang beda.
      Makasih mampirnya ya...

      Hapus
  4. Begini kalo sudah jagonya yang ulas :)
    Menunggu kolabnya dengan Mas Ryan... wuiih mantaps
    =========
    Suka :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lha... aku masih 'kokokpetok' lho, belum jadi 'kukuruyuk', hihihi...
      Makasih singgahnya, Mas Nugi...

      Hapus
  5. Menyimak, Mbak :)

    Kalo di bahasa Jepang istilahnya "gaiden", pengertiannya seperti yang Mbak tulis : cerita yang terjadi dengan setting peristiwa yang sama tapi dari perspektif berbeda. Salah satu cita-cita saya memang bikin gaiden, rasanya menarik ketika tokoh A, B, C, D yang pembaca sudah kenal masing-masing karakternya dipertemukan dalam satu cerita 'besar' sehingga keberpihakan pembaca akan 'terpecah'.

    Menunggu karya Mbak Lis tayang, tapi setelah Mr. Right ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya ada perbedaan ya antara 'gaiden' dengan side story? Kalo gaiden setting peristiwa dan mungkin alurnya sama, cuma perspektifnya yang beda. Tapi kalau side story, tokoh-tokohnya ada kesamaan walau bertukar porsi, dan lagi setting, jalan cerita, serta waktu kejadiannya bisa beda. Atau aku yang salah memahami ya?
      Makasih mampirnya, Mas Ryan...

      Hapus
    2. Waah iya iya, aku nggak teliti. Mbak Lis bener :)

      Hapus
    3. Makanya kok aku jadi rada bingung, hehehe...

      Hapus
  6. Artikel yang bermanfaat menambah wawasan...trims telah berbagi mbak Liz... :D

    Cinta Buku Baca Buku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, Mas Wahyu... Makasih kunjungannya...

      Hapus
  7. widihhh...
    dalam hidup kita bertiga aja banyak lho jeng, side story-nya... #eh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wakakak... no comment... *nggaya*
      Nuwus mampire yo, Jeng...

      Hapus
  8. Ga sabar nunggu terbitnya side storynya Mr.Right! Peluk mba Lis!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sabar aja dunkz... Nggak lama lagi kok...
      Suwun mampire yo, Nit...

      Hapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus