Suka ngibul? Alias ngowos tanpa guna? Alias
nggedabrus? Alias nggombal mukiyo? Alias berasumsi ngawur? Mulai saja untuk
belajar menulis fiksi.
Tapi HARAP DIINGAT, bahwa tidak semua penulis
fiksi adalah tukang ngibul, tukang ngowos, tukang nggedabrus, ataupun tukang
nggombal mukiyo. Bedanya penulis fiksi dengan 'tukang-tukang nggak keruan
tersebut di atas’ itu adalah :
- PENULIS FIKSI SENGAJA mengembangkan
imajinasi yang dimiliki untuk BERCERITA atau menggambarkan sesuatu keadaan
DALAM DUNIA FIKTIF, dengan TUJUAN (di antaranya) MENGHIBUR ORANG LAIN atau MENGUNGKAPKAN PERASAAN.
- ‘TUKANG-TUKANG ITU’ SENGAJA mengibulkan
atau mengowoskan atau menggedabruskan atau menggombalmukiyokan atau
mengasumsingawurkan mimpi-mimpi tak nyatanya, imajinasi tak terjangkaunya,
khayalan hidup tak sampainya dan MENJALIN CERITA-nya di DUNIA MAYA ATAU NYATA, dengan
TUJUAN (di antaranya) MENCARI MUKA (entah mukanya tercecer di mana), MENCARI
SIMPATI (mungkin dia lelah dicuekin), MENCARI PERHATIAN (mungkin dia kesel nggak
pernah diperhatiin).
HARAP DIINGAT JUGA, bahwa tidak semua penulis
non-fiksi adalah ‘tukang-tukang kurang kerjaan’ itu. Bejibun banget penulis
non-fiksi yang benar-benar cerdas memaparkan buah pikiran ataupun ungkapan
perasaannya TANPA HARUS ngibul, ngowos, nggedabrus, nggombal mukiyo, ataupun
berasumsi ngawur.
Dan fiksi adalah kibulan terstruktur? Kok
bisa?
Sudah jelas kan, bahwa sebuah fiksi pun
mengandung judul, pembuka, konflik, dan penutup. Penulisan fiksi juga mengikuti
pakem sebuah karya tulis yang harus mengandung kata-kata yang membentuk
kalimat, kalimat-kalimat yang membentuk paragraf, paragraf-paragraf yang
membentuk bagian atau adegan, dan bagian-bagian atau adegan-adegan terpisah
yang pada akhirnya membentuk satu kesatuan cerita yang utuh supaya runtut, enak
dibaca dan nggak nyambung hajar bleh dari awal sampai akhir.
Dan sebuah fiksi, sengawur apapun imajinasi
yang hendak diungkapkan, tentu saja nggak lepas dari banyak detil, data,
setting, yang bisa jadi nyata sifatnya. Bukan berarti mentang-mentang menulis
fiksi lantas semua hal bisa diawur boi tanpa menyentuh referensi sama sekali.
Apa tujuannya? Supaya fiksi itu terkesan senyata mungkin. Bahkan fiksi yang
bersifat fantasi sekalipun. Sehingga pembaca pun bisa ‘terseret masuk’ ke dalam
dunia fiktif yang hendak dibangun penulisnya.
Itulah enaknya bermain di dunia fiksi.
Bukannya memaksa diri mengkhayal di dunia nyata dan menghasilkan tulisan dalam
bentuk artikel non-fiksi yang ternyata 1000% ngawur semua. Apa nggak malu
ketahuan kalo ngawur? Daripada gitu sekalian aja nyemplung di dunia fiksi.
Ngawur-ngawur masih bisa dimaklumi. “Lha
wong fiksi kok, situ mau apa?” Kan enak kalo bisa ngeles gitu, hihihi... *ngikik kuntil* Lha kalo jenisnya aja
artikel non-fiksi, ketahuan ngawurnya, ndabrusnya, nggombal mukiyonya,
ngibulnya, mo ngeles kayak gimana coba? Kecuali kalo urat malunya udah putus,
waaah... ya nggak tau lagi deh!
Di luar sana masih banyak oknum yang apriori
dan meremehkan dunia fiksi. Dikiranya nulis fiksi itu guampang karena ngawurnya
1000%. Mungkin dia berpikir begitu karena sudah biasa berpikir dan menulis
artikel non-fiksi secara ngawur juga. Nggak apa-apa sih, silakan aja pikiran
salah itu dipiara sendiri. Kalo istilah saya : “pek-pek’en dhewe dogolmu”, alias milikilah sendiri dudulmu.
Masih banyak orang lurus di dunia ini. Yang
masih bisa saling menghormati, menghargai, dan nggak mengambil keuntungan dari
keberadaan orang lain.
Bagi para penulis fiksi, berbangga dan berbahagialah karena sejak
awal sudah berniat menghibur orang lain dengan ngibul di dunia fiksi, bukan ngadalin
orang lain di dunia maya ataupun nyata. Bagi para penulis artikel non-fiksi yang menulis dalam
kesatuan otak dan hati yang baik, tulus, dan lurus untuk berbagi, SALUT!
Salam...
* * * * *
wkwkkwk ngakak moco istilah nggedabrus sama ngowos...
BalasHapuslha bikin fiksi klo aku mikir nama tokoh e aja suwi kok apa lagi jalan ceritanya wkwkkwkwk
Cuma mau bilang, makasih ya sudah menghibur bu guru ini... hihihihi... makanya I love you always....
BalasHapusJadi kalu dipikir2, penulis itu juga bisa disebut entertainer ya... :)
BalasHapus"...bukan ngadalin orang lain di dunia maya ataupun nyata..."
BalasHapusHahaha
Mbaaak...baru sekali ini kesini...waah hebaaaat...aku satu blog aja ngisinya jarang-jarang...mbak Lizz malah punya tiga...wah...wah...
BalasHapus