Saya baru saja menerima pesan japri dari
salah seorang teman saya. Jujur, saya kaget juga. Bunyinya begini : “Sayang
banget sudah susah-susah kolab dan hasilnya bagus, tapi tayangnya di tempat
yang pembacanya sedikit”.
Sempat bingung juga, ini masalah apa? Ketika
saya tanyakan, dia langsung mengirimi saya sebuah link. Hm... Oke, akhirnya saya
paham.
Pada dasarnya, saya senang menerima ajakan kolab dari
siapapun, asal pas lagi kebeneran idenya nyambung. Soal mau tayang di tempatnya
siapa, terserah aja sih buat saya. Nggak pernah jadi masalah.
Dan link yang dikirimkan teman saya di atas
itu, adalah kolab yang sudah cukup lama terbengkalai. Kalau nggak salah kolab
itu dimulai tahun lalu ketika rekan kolab saya itu harus lebih banyak istirahat
di rumah karena sakit. Dalam perkembangannya, ternyata dia kemudian sibuk
dengan pekerjaannya setelah kondisinya membaik. Saya sendiri sudah
menyelesaikan bagian saya, dan sudah saya parkirkan ke desk rekan kolab saya itu. Dan saya kemudian juga disibukkan dengan
berbagai ide lain yang menunggu buat digarap.
Akhirnya saya malah jadi lupa kalau pernah
kolab dengan dia. Saya pikir dia sendiri sudah terlalu sibuk dan sudah nggak
ada lagi kesesuaian ide, dan hasil kolab itu mangkrak begitu saja. Bukan hal yang aneh, mengingat saya sendiri
punya beberapa fiksi mangkrak yang
juga udah susah buat diteruskan.
Dulu sih memang kesepakatannya fiksi itu akan
tayang di akun saya di ‘tempat kos sebelah’. Tapi berhubung saya sudah ‘pindah
kos’ sementara rekan kolab saya itu masih punya ‘kamar’ di sana, maka saya
pikir nggak apa-apa juga dia langsung tayangkan di akunnya tanpa persetujuan
saya lagi. Toh dia punya andil yang jauh lebih besar daripada saya dalam menghasilkan
karya fiksi itu.
Apapun hasilnya, tayang di mana, berapapun
yang baca, buat saya tak menjadi masalah. Apalagi kemudian saya tahu hasil
kolab itu dia tayangkan juga di blog pribadinya. Toh nama saya juga ada
tercantum di situ. Dan masih akan ada yang baca lagi fiksi itu di kemudian hari
(semoga...).
Saya sendiri nggak terlalu memusingkan tempat
tayang dan jumlah pembaca dari sesuatu yang sudah saya hasilkan bersama rekan
kolaborsi. Tapi bukan berarti saya nggak menghargai hasil karya itu. Saya
menghargai hasil karya itu dengan membuatnya semaksimal mungkin dan menikmati
proses terjadinya karya itu.
Bila saya membuatnya bersama orang lain, maka
berbagai diskusi dan proses memahami jalan pikiran orang lain yang sudah
bersedia melakukan kolaborasi dengan saya itulah harga yang jauh lebih mahal
daripada sekadar tempat tayang dan jumlah pembaca. Buat saya pribadi, kolab
bukanlah sesuatu yang mudah. Memadukan isi dua kepala atau lebih itu nggak
selalu berhasil dengan mulus. Dan bila itu berhasil, harganya jauuuh melampaui
‘nasib akhir’ karya itu. Sudah cukup bagi saya mengetahui bahwa rekan kolab
saya pun ternyata sudah bersusah-payah menyelesaikan karya kolab itu di saat harus
menjalani (lagi) beberapa hari bed rest
total di rumah, dan dengan besar hati ‘menerbitkan’-nya di ‘kamar-‘nya.
Kepada rekan kolab saya, terima kasih karena
sudah berusaha menyelesaikan kolaborasi itu dengan hasil maksimal, menayangkan,
dan mungkin nanti punya kewajiban untuk membalas beberapa komentar yang sudah
mampir ke sana. Dan kepada semua pembaca yang sudah bersedia singgah ke sana,
saya juga mengucapkan banyak terima kasih.
Buat saya, tidak ada karya fiksi yang salah tempat
tayang. Fiksi yang salah tempat tayang itu memang ada, yaitu fiksi yang dirupakan
tulisan non-fiksi, dan ditempatkan di kolom non-fiksi pula. Dan hal itu tentunya
bukanlah karya kolab yang satu ini.
Salam...
* * * * *
Pertama, rasa fiksi itu beda,... sehingga sempat saya mikir siapa nih, ini bukan kue biasa. Ternyata memang kokinya dua. Kedua, lagi mikir, kalau saya kolab bareng mbak,... wakakak.... ujung-ujungnya kayak apa ya? Mikir.... doang. Ngga berani nanya.... ketiga, saya pahaaaaaaaam banget sama kalimat ini nih-------fiksi yang dirupakan tulisan non-fiksi, dan ditempatkan di kolom non-fiksi pula------- wakakakakak @senyum di Senin pagi
BalasHapusAku cuma sedikit koreksi EYD dan perbaiki struktur kalimat kok di sana... Selebihnya? Kerjaan koki satunya.
HapusMakasih mampirnya, Mbak MM...
Saya sudah baca mbak , bagus
BalasHapusMakasih kunjungannya, Pak Subur...
HapusMeluncur keTKP disek yo mba! Ntik aq balik lg
BalasHapusKok nggak mbalik-mbalik, Nit? Hihihi...
HapusSuwun mampire yo...
owalaaah...lapak sebelaah
BalasHapuswkwkkwkk..
riwayatmu kiniiiiiii..
Hahaha... Nuwus mampire yo, Mak...
HapusWkt upload kok ya aku ndak mikir sampai kesitu. I'm so sorry Ma'am.. :(
BalasHapusGpp, nyante ae...
Hapushehehehehehehehehe...
BalasHapusHohoho...
Hapushadiir :)
BalasHapus